Senin, 13 Juli 2015

sudah biasa? terlalu biasa!!!

Berlari kami mengejar senja
menutup mata tentang dia
telanjang kami membelah rasa
tanpa kata kami bercinta

pencarian di batas lelah, membius langkah
permainan kata akan rasa, menjerat hati yang dulu luka
tawa kami pecah dimata, mereka
duduk berteman buih bercerita sepi, sendiri
menertawakan hidup, air mata mengering sudah
aku sakit, kamu sakit
meski takdir milik kami, sudahlah
kaki ini lelah
hati ini luka
rasa ini siksa

perulangan tragedi akan rasa, teguran tiada henti akan langkah, selalu hadir kamu hingga tak kumengerti apa dan untuk apa...
belum cukupkah sayatan perih ini
yah sudah biasa
bahkan terlalu biasa
terbang dan terbuang oleh cinta

hey, sang pemilik rasa
bendera putih!!!


Time to STOP PERSONAL RELATIONSHIP...

Kuselami lautan cinta
realita rasa yang membelit langkah
tak ada kata berlabuh
ketika tak henti kau mengeluh

aku berdiri di dunia dimana dia bertahan. sungguh percayalah kau, itu tak mudah. sakit, sakit jiwa seiring pergantian siang dan malam. ada hati menjerit pilu dalam kesunyian. dan keangkuhan berlomba berebut waktu. berharap ruang mengunci raga dalam berada. egois, itulah yang terlihat.

realita mengikat rasa dan raga dalam keterbatasan. namun jiwa meneriakkan hangat dekapan rindu. suatu langkah melintas masa dimana duri tidak lagi terasa perih, air mata mengering sudah, sekuntum mawar layu bertahan hidup untuk sebuah penantian. penantian hati akan kata bahagia, bukan sekedar bias senja.

sentuh dia bukan dengan kata
rasa mu tak akan pernah sampai
jika kata hanyalah sebuah alat

sungguh menanti itu menyiksa. termiliki namun terabaikan itu lebih menyakitkan. ada namun semu itu menenggelamkan. maaf, aku berhenti mengusik pencapaian atas pencarian semu kita. akupun tersiksa.

aku akan tetap ada diantara jingga
membias senja perjalanan rasa
namun pagi bukan lagi milik kita
terusik malam akan cinta
sekali lagi maaf untuk yang terluka
semoga kalian temukan bahagia
ingatlah rinduku ketika kau tatap senja
aku janji kan kutemukan bahagia...

Jakarta, 130715
temukan kembali merona waktu itu
singkat pertemuan untuk sebuah teguran
semoga kau temukan pagi
wahai embun pagi ku

Minggu, 05 Juli 2015

pagi ku bermain senja

Tuhan... benar aku tak tahu arti pertemuan dan pertemuan yang kau ketukan pada garis perjalananku, genangan hitam, tidak! genangan abu dan aku terus berulang di kata yang sama, aku jatuh. hati yang tercabik massa tak jua kau ijinkan tuk mati rasa, berulang kali asa tak tergenapi, namun masih ada sakit yang tersisa. seolah indera perasa ku tak jua bosan. ingin aku terikan sepi ini, tapi malam mu tak salah, pagi tak enggan menyapa, dan senja mu memberi ku jingga.

dan dia yang kini kau pertemukan, ntahlah... sedikit enggan bersemayam ketika ruang dan waktu mu tak berpihak padaku. bukan ku buta akan kenyataan, hanya tenang kembali membiusku, membujukku dalam rengkuhan kasih, ketika aku mulai sepi dan bosan akan hidup.

masih tentang dia, aku takut ketika malam datang, aku takut jika pagi tak menjemput, aku takut ketika realita kembali berbicara, aku takut ketika hati mengambil peranan...!

akankah ada pagi?
atau...
hanya senjakah dia?

tabung masa

Jerit gelisah bertaut sepi
Malam bersenadung dalam sebait resah
Terbangun asa semoga pagi
melangkah berteman gelisah

asmara remaja mencari arah
dimana kaki bermain hati
ada rindu ketika sepi
malam kami bermandikan buih
akankah ada pagi
untuk hati tanpa rasa

kami kecil dimata dunia
melangkah menuju mati
bukan tinggi karang yang kami daki
serpihan pagi yang kami rangkai
seucap doa untuk esok
senja di batas cakrawala jingga


Sabtu, 18 April 2015

ruang!

segala abjad berderai air mata. saksi bisu kematian rasa. hati yang dulu utuh memberi. kini batu tak terkoyak badai. andai waktu tak menusuk dari belakang. mungkin angan kini telah bertabur pelangi. tawa riang sebuah kehangatan cinta.

takdir sebelah mata. meruntuhkan iman atas golongan. pencipta tanpa pencipta. ntah atas nama apa atau siapa. jiwa yang lelah berlari. berlabuh sudah pada keyakinin hakiki. tanpa abjad untuk berucap. jika damai yang termiliki mengucilkan jiwa. biarlah sudah. ini tentang saya bukan mereka.

hujan dan kemarau setiap masa adalah ruang nostalgia. tragedi yang terus berulang. kesakitan yang semakin perih. ingatan semu yang menghakimi langkah. salah yang terus dipersalahkan. jiwa ini pun berurai air mata. terbengkalai usang dalam dingin.

senja, satu hal yang tersisa. sebait nafas untuk bertahan. hingga masa menjemput usia.

Jumat, 03 April 2015

senja beradik...

rinjani, bahagia tentunya kau
senja dan Bima
bersama menjalin saudara

dimensi bukanlah alasan
rasa itu akan tetap merasuki
membius cakrawala jingga
dengan tawa renyah
pelangi pun akan cemburu
melihat hangat sang jingga

dan aku
masih disini duduk menikmati
hangat kalian

Malam, beri aku PAGI!

melankah ragu kaki ku
resah hati tak terbaca
ada takut ntah kenapa

aku menemui dia
malam yang dingin
masih saja malu dan resah itu
berebut memiliki

ah... ternyata aku masih menyimpan hati ini
binar tajam menghakimi
ntahlah
aku berpaling bukan benci

malaaaaaaaam
apa? bagaimana? dan....
aaah... sekali lagi
beri aku pagi

Sabtu, 28 Februari 2015

senjaku menyapa rindu

benteng keangkuhan yang dulu tak tergapai
redam bersama amarah ketika merindu
senja yang dulu milik kita
kembali menyapa dalam kerinduan

maaf,
rindu itu tak bisa ditipu
bersorak ria rasa yang membeku
ego kita tak berkutik
mengingat senja kita

rasa ini pun masih jingga
beradu diantara realita
kalah diatas nurani
namun tetap bersemi diantara masa

akankah berlabuh?
bukan sesuatu untuk dipersoalkan
karena kita adalah senja

merona (sudah!) mawar merah

merah mu mengikis asa ku
darah segar haus akan rasa
nyata yang tak bisa kau tipu dengan kata

indah kau berangan
takkan mampu membawa terbang
tajam kau bisikkan
takkan runtuh keputusan

dan ketika hari itu sirna
terimalah....

Terima Kasih

terima kasih....
sepenggal kata ntah untuk siapa dan tentang apa
hanya saja ingin rasa melontarkannya
sebentuk maaf atas ketidakmampuan
kesempatan yang terus berulang itu bukan aku!

kalian adalah jejak jejak cerita
adanya aku detik ini
dan jika kalian tak lagi di arah yang sama
bukan aku tak cinta
hanya saja aku tak bisa

jingga yang kucari
mungkin hanya angan
tapi langkah takkan menepi
hingga damai berlabuh di hati

dan jika hidup adalah pencarian
pencarian tanpa akhir
bukan sesal yang membunuh
namun kasih semesta yang kurengkuh


Minggu, 26 Oktober 2014

dahaga ini menenggelamkan!

malam bersenandung gerimis mengusik hangat
sepatah takdir menghakimi pilu
rentang masa yang menghujat
terpuruk hina diantara kemarau
mereka berkata seolah dewa
mereka bertindak seolah bermoral
bising tanpa isi

seragam berdasi namun tak berarti
penguasa haus ambisi

dimana hidup yang berkehidupan?

kaki kecil ini meratapi kenyataan, sederhana yang selalu terhina, kejujuran yang dinistakan. raga diasingkan bagaikan najis jalanan, penuh dosa tanpa ampunan, katanya.
fajar meraung membius letih, penat terlelap di sanubari pagi, bangkit tanpa bingkai, andaipun takdir itu ada, takkan jiwa berserah tanpa langkah.
dan adam, tak lagi mampu hapuskan dahaga. karena rindu telah menjadi telaga kemarau.

menyapa mu dibalik tirai nurani

sudahkah anda ngopi pagi ini kasih...?

pagi beserta gemuruh semangat bekerja terkadang bukan milik kita. pagi kita adalah secangkir kopi sebatang rokok dan kemudian terbuai alunan nada penghantar mimpi. namun ada pagi dimana aku menamainya tunas harapan. setetes embun pagi penyegar dahaga belenggu tragedi. jika bicara takdir, aku buta. dan jika engkau menanyakan esok, aku bisu. jadi bagaimana?

sepenggal kata dari Kantata, sampai kapan kita bertahan? bukan persoalan untuk dibicarakan...

kasih... bukankah waktu tak pernah berdusta?

singkat kata jika menuliskan tentang pertemuan
kelabu jika ku ceritakan tentang perjalanan
perpisahan yang tak pernah mudah untuk dilupakan

sedikit sudah kepingan asa ku terbingkai. bingkai jingga batas bahagia. atas kesadaran nyata kata bertaut rindu. ada hujan diantara pelangi hati. dimana sang pemilik ketika langkah hilang arah?


Senin, 20 Oktober 2014

Pelangi di Langit Teduh

kaki kaki kecil kita menapaki lautan tak bertuan
tangan tangan kotor kita mengayuh asa tak bertepi
menghujat badai menghantam karang
ada cidera tanpa gelombang

masa yang kelam kita rangkai
berhias mimpi seolah berwarna
senja dipelupuk mata
terhapus hujan diantara pilu
pecah sudah tangis kerinduan
sapaan merdu hanyalah angan

pertiwi merah meradang
hukum tak terhakimi oleh jingga
ruang menggema hampa
lupa ataukah melupa
hangat yang pernah singgah
sirna tak bersisa

apa kabar? 
hanya itukah hasil penantian panjang....