Sabtu, 18 April 2015

ruang!

segala abjad berderai air mata. saksi bisu kematian rasa. hati yang dulu utuh memberi. kini batu tak terkoyak badai. andai waktu tak menusuk dari belakang. mungkin angan kini telah bertabur pelangi. tawa riang sebuah kehangatan cinta.

takdir sebelah mata. meruntuhkan iman atas golongan. pencipta tanpa pencipta. ntah atas nama apa atau siapa. jiwa yang lelah berlari. berlabuh sudah pada keyakinin hakiki. tanpa abjad untuk berucap. jika damai yang termiliki mengucilkan jiwa. biarlah sudah. ini tentang saya bukan mereka.

hujan dan kemarau setiap masa adalah ruang nostalgia. tragedi yang terus berulang. kesakitan yang semakin perih. ingatan semu yang menghakimi langkah. salah yang terus dipersalahkan. jiwa ini pun berurai air mata. terbengkalai usang dalam dingin.

senja, satu hal yang tersisa. sebait nafas untuk bertahan. hingga masa menjemput usia.

Jumat, 03 April 2015

senja beradik...

rinjani, bahagia tentunya kau
senja dan Bima
bersama menjalin saudara

dimensi bukanlah alasan
rasa itu akan tetap merasuki
membius cakrawala jingga
dengan tawa renyah
pelangi pun akan cemburu
melihat hangat sang jingga

dan aku
masih disini duduk menikmati
hangat kalian

Malam, beri aku PAGI!

melankah ragu kaki ku
resah hati tak terbaca
ada takut ntah kenapa

aku menemui dia
malam yang dingin
masih saja malu dan resah itu
berebut memiliki

ah... ternyata aku masih menyimpan hati ini
binar tajam menghakimi
ntahlah
aku berpaling bukan benci

malaaaaaaaam
apa? bagaimana? dan....
aaah... sekali lagi
beri aku pagi