Kamis, 26 September 2013

Larut menekur diri

waktu pernah lebih pekat dari masa ini. dimana diri tak mengenali jiwa. semua berbaur menciptakan aroma usang. terhempas tanpa perlawanan. larut terbawa arus jalanan. mencari manis di setumpuk sampah. dan kemudian ikut menjadi sampah.

perlawanan pada batas pemikiran membuka tabir kehidupan. sebuah perjumpaan bukan sekedar senja. inilah kisah dimana sang waktu berkuasa. 

aku larut menekur diri. meluap sudah putih kasih diantara. mereka yang ada tak terlihat ada. aku meluap serta melupa. larut sendiri dalam gelap rasa. seolah hitam adalah takdir.

jingga menerobos masuk dengan angkuhnya. mengingatkan tentang hangat senja. duduk bersama membuka hati. semua kepingan semakin hancur. namun larut terhempas damai. 

menegur kesakitan dengan logika. hadirkan pelukan menopang sakit dan kecewa. inilah cahaya jingga. 

aku bangkit menatap masa. dimana pagi adalah harapan. dan esok tetaplah misteri. 

Rabu, 25 September 2013

maLam......... aku hidup!

malam... malam selalu tentang kejujuran. tak harus dengan kata. dalam diam pun kan kuterjemahkan gelap.

seolah jiwa adalah satu. sabda alam pun mempertemukan dalam lingkaran perkara.
beradu melukiskan nyaman. nyaman yang tak pernah bisa dijabarkan dalam kata.
gerimis malam mengisyaratkan kecewa. selalu begitu alam mengiba.
secangkir kopi hitam mengolah sendu. bertopeng tawa.

perjumpaan adalah candu.
kebersamaan adalah siksa.
naluri jiwa tak sekata.
namun rindu apalah daya.

semilir pantai ketika batas telah merah.
sambut gelap penuh damai.
alkohol dingin mengiringi cerita.
lautan kisah perjalanan rasa.

tentang malam. aku hidup berlumur gelap. mengarungi samudera kejujuran. penuh luka dan duka. namun tawa harus selalu terlukiskan. bagaimanapun itu....

Jumat, 20 September 2013

Sang RASA

KEMATIAN

aku pernah merasakan mati. ketika rasa tak lagi menaungi kehadiran.
pernah pula berkutat dengan mati. ketika ada hanya larut menekur diri.

kematian bukan hanya tentang hujan yang membasahi tanah merah.
makna abadi lebih erat membasahi  masa.
dimana ada ikhlas melepas segala fana.
terbang bebas menyambut nyata.
menyusup di batas cakrawala.
membius kelam menuliskan kehangatan jingga.

tersenyumlah pada masa.
dimana hujan adalah berkah dan masih menyimpan rindu.
ketika rasa menjamah ruang abadi.

esok adalah kelahiran...

cahaya siang

terang adalah manipulasi peran...

apa yang tampak tak selalu satu arti. multi kultural. multi fungsi. multi talenta. NAH! menggunakan mata bukan sekedar memandang. melihat jauh lebih dalam. lebih peka bukan mencipta praduga. 

antara kompromi dan kamuflase...

dapat dianalogikan seperti kopi hitam manis. terdapat manis yang diciptakan untuk berkompromi dengan indera pengecap. ataukah sekedar bentuk kamuflase atas rasa pahit kopi yang murni. setipis itulah batas antara kedua perkara tersebut. selanjutnya berkiblat lah pada keseimbangan rasa dan logika. 

kan kau temukan jati akan diri dari setiap bentuk penampakan raga. 


Kamis, 19 September 2013

menjelma

rasa menjelma dalam permainan labirin. angkasa memudar atas sajak warna. gemuruh hujan tak lagi menerpa rindu. dimana aku mencari? kemana aku berlari?

taman surga yang rindang membiusku lelap. bermandikan api biru dingin malam. bagaimana menjernihkan gelisah?

hamparan pantai tertutup kabut. cahaya dingin menyengat kulit. tertusuk ilalang jemari kaki. pasir pun bersenandung kelam. dan ketika diri mencuri rasa. bolehkah aku percaya?

lelah tak jua sirna. berlari mencari tempat sembunyi. cerita menjelma hantu tidur. aku terjaga sepanjang gelap. semacam trauma atas kepercayaan. banyak mata terjaga ketika terang.  akupun memilih lenyap dalam dunia ku. memanjakan raga dipembaringan. merangkai mimpi dimana rasa adalah lakon. tak peduli apa yang kan diungkap oleh nyata. aku hanya ingin terhenyak manja.

dekapan hangat senja kan membangunkan. bermandikan jingga aku mulai berkelana. disambut hitam rasa serta gelap nyata. menuliskan kata tentang masa kepulan asap.

aku larut akan cerita...

batas perjalanan // persimpangan kecil // senja ku...

menyusup di keramaian perayaan suka cita. hari dimana pagi adalah harapan. jiwa-jiwa riang berbagi senyum kebahagian. ini adalah akhir sekaligus awal perjalanan asa.

"selamat datang di kehidupan nyata..."


senja datang jadikan nyata
kecup hangat rona jingga
terlukis senyum batas perjalanan
merengkuh dilema melangkah hadapi persimpangan

tak ada jeda untuk merindukan kamu yang tak lagi ada disisiku. mereka merengkuhku dalam kebahagian. menciptakan nuansa jingga yang indah. meski perkenalan itu begitu instan.

gelak tawa bersama mereka membius kecewa akan rasa. perjalananku adalah senja. dan kehadiran mereka mengangatkan jingga. 

pertemuan di persimpangan kecil mengukir rasa kasih. persaudaraan tanpa memandang bulu. kami datang dari berbagai penjuru. multi kultural. namun kasih malam mencairkan kebekuan ego.



Minggu, 01 September 2013

keganjilan pertemuan

terpisah ruang dan waktu. tak ada rindu bertaut. namun. jarak semakin dekat. justru ada rindu berkecamuk. apa ini?

saya merasa aneh dengan keadaan senja di batas kota tahun ini.

jatuh cinta tanpa hasrat tuk bersama.. apa ini? namun ada nuansa mampu memercik cemburu. kok bisa? ntahlah...

saya suka. saya nikmati. rasa adalah anugerah semesta. bukan sesuatu yang harus dipersulit oleh nafsu. mengalir laksana kedamaian anak sungai. tetap berjalan meraih mimpi.

esok kelak nanti
kan kuceritakan
sajak-sajak rasa
tentang hadirmu
senjaku yang biru...

senyum lavender

"jika aku mampu melepas dan melangkah, aku kan terlahir kembali..."

sederhana. begitu sederhana menuliskan dan mengucapkannya. akupun menyederhanakan itu dalam pemikiran. semua telah berlalu dan aku baik.

dia telah menguap selayaknya dupa lavender. menjadi abu termakan masa. ada sisa yang tampak menodai. kubilas dengan air hujan. beranjak sudah tubuh dalam dekap malam.

aku bukan mencoba tegar. karena aku telah tegar. seiring perjalanan panjang. lima tahun. tidak lama untuk melepas. kenangan tidak mungkin sirna. hanya saja terkendali dan terkunci dalam kotak.

dia mengiringi langkahku dalam sebuah institusi. lima tahun pula aku selesaikan masa belajarku. dan kini... aku berjalan diapun berjalan. beriringan dalam persimpangan masing-masing.

kami punya jalan sendiri dan cara sendiri untuk bahagia. bersama tak selalu menjadi akhir. karena bersama dalam ikatan yang tak tepat takkan mampu membahagiakan.

aku bahagia melihat dia menemukan jalan kebahagiaannya. akupun tak kan begitu saja larut dan menyerah. setiap langkah adalah bermakna.

malam menceritakan kepingan rasa.
bertaut rindu menulis cerita.
tersenyum bahagia.
atas cinta di ujung sana.

dia telah menemukan rekan.
mengarungi samudra.
lautan keras kehidupan.

rasa tak terusik benci.
inilah ketulusan kasih.

TEPIAN PANTAI

Sudah lama aku tak mengunjungi pantai ku. lama tak bermain pasir. aku rindu bercerita pada gulungan ombak. menemani senja tenggelam. kemudian larut pada gelap malam dengan sebotol beer dingin.

aku. pantai. senja. malam. dan beer dingin adalah air mata.

ntah berapa purnama aku selalu berkeluh kesah di sana. iyah di tepian panti itu. semilir angin mampu menghapus air mata. gemuruh ombak slalu meredam amarahku. senja menegarkan rasa akan kehilangan. kegelapan malam kembali melahirkan semangat. dan beer dingin menemaniku bercinta.

aku bahagia.
mendekap erat kesendirian.
bercerita dalam pikiran.
berdiskusi dalam diam.

pantai. senja. malam. dan beer dingin adalah keteguhan mental.

masalah dan masa membunuhku sekejap. diam dan hening. gelisah tentang esok. membenamkan diri sejenak. berhenti sepersekian masa. aku bergelut dalam ruang ilusi. mencari damai yang tak tampak. pantai, senja, malam menjadi ruang dan waktu pertengkaran rasa.

aku berlari.
tak jua kutemukan damai.
pantai tak berujung.
damai tak berbatas.

akupun tersadar. ada damai dalam diri membeku.

menanti esok

merasa gelisah. bukan tentang aku. ini adalah perkara yang masih bertebaran dalam ilusi. siap untuk segala hal yang menjadi nyata. tidak mudah. namun begitulah seharusnya.

tidak perlu cemas.
kamu tidak sendiri.
banyak kasih merengkuhmu.
tanpa perlu kamu pinta.

simpan gelisahmu.
tersenyum kita menyambut esok.
bukan sekedar senja.
melainkan masa yang nyata.

bertelanjanglah...!

hidup dan berkehidupan diantara berjuta warna. dimana saya berdiri? bertingkah tentang minor dan mayor. hey, sedangkal kuantitas kah perjalanan ini???

sajak-sajak indah serat akan makna telah telanjang tanpa fungsi. tergradasi oleh masa yang disebut peradaban. akal seolah hanya pelengkap organ tubuh. tidak lebih.

ketakutan membawa diri tuk berkelompok. berkelompok atas dasar seragam. untuk apa? sudahkah memahami nilai dasar atas adanya sebuah buku panduan?

seberapa banyak kau membunuh. seberapa dalam kau membenci. seberapa hina kau memaki. takkan menghapuskan nilai minor dan mayor. kata minor dan mayor bukan pedang pembela kebenaran.

duduk bersanding pilu. menatap nanar kebengisan. aku mulai tak mengenal mereka. bahkan mengenal aku dan keberadaankupun semakin rapuh. ada gurat kecewa dalam rasa. hidup tanpa berkehidupan. mengaku punya Tuhan namun tanpa berketuhanan. menelanjangi tanpa mau telanjang. dunia semakin penuh dengan topeng...

jangan main-main!

rasa kecewa bersetubuh cinta. tekurung ruang rindu. pencarian esensi atas eksistensi. dunia yang terlihat benarkah ilusi semata. berpijak di tanah ini nyata. terbakar api asmara ini nyata. pertengkaran ideologi ini nyata. nyata. nyata atas sebuah yang diketahui itu adalah semu.

dan ketika saya bersetubuh...

saya mampu membedakan antara bersetubuh dan bercinta meski pada fisiknya itu adalah rutinitas yang sama. namun ada nyata atas semu yang membedakan. ada rasa kasih yang menggebu ketika tubuh bercinta. keikhlasan atas kesalahan duniawi. kepuasan atas hasrat biologis. kecupan mesra penutup cerita. menghangatkan tubuh dalam dekapan dingin kenyataan.

saya dan sang "Tuhan"

lautan alkohol menyulut percikan rasa. terbakar dalam semalam. dinding ruang segi empat menjadi saksi. semalam tubuh bercinta. tak ada kata yang mampu mendeskripsikan. untuk pertama kali saya merasakan kematian. dan malam itu saya mengenal sang "Tuhan".

tentang Dia...

Dia ada dalam diri saya. hidup dalam rasa saya. pencarian berlabuh pada penciptaan. Dia menciptakan saya lengkap dengan akal. bukan tanpa tujuan. akal menjadi kunci atas segala ruang tanya kehidupan. benar atau salah adalah sebuah nilai. dan tentang itu saya serahkan sepenuhnya kepada yang berhak menilai.

hidup adalah pilihan nilai...

sekali lagi. saya bercinta bukan sekedar bersetubuh...