Sabtu, 01 Agustus 2015

maaf senja...

sebait jingga menjadi hasrat
dia berdiri anggun musim semi
mengobati kehausan kemarau jiwa

harum lavender mengusik persetubuhan
tanah basah dimana kita berpijak
bertahan pada keangkuhan

memilikimu adalah bunga tidur
mencintaimu adalah anugerah
membencimu adalah kemunafikkan
mengalah sudah aku pada masa

maaf senja...
aku letih bukan berarti menyerah
aku cuman rindu

malam, aku sakit!

resah ku ketika malam tiba,
ntah seperti apa dan bagaimana kata itu terangkai olehmu tentangku
terasing dan tersayang mulai membias oleh hatiku
sebegitu rendah kah diri ini di mata mu kasih?

kau lantang kan kata teman di keramaian kota
aku tersenyum dan itulah kita
namun begitu sakit rasanya ketika raga bercinta
kau anggap apa diri ini kasih?

diam tanpa kata diantara kebersamaan rindu
mencari apa kata hati
menunggu apa kata takdir
aku merasa raga tak berjiwa, cukup kasih!

Belenggu Senja, Menikam Jingga

sudah kita temukan, celah luka pemersatu raga
kesepian jiwa membisikkan rindu
pelarian tanpa arah tentang cinta
realita pilu membutakan nurani

sesuatu menghilang, menyisakan sesak di dada
kebersamaan kita adalah candu
hingga lupa kita akan ruang dan waktu
seolah senja hanya milik kita
kita dan kesakitan kita

semua menghilang, menertawakan budak cinta
duka tawa itu bukan ilusi
rasa cinta lah yang mimpi
tinggi berangan hingga jatuh tanpa ingatan

sejenak aku terdiam
mengulas kisah tentang kita
kutatap senja yang kini mulai menghitam
hingga ku tersadar inilah nyata

senja ku masih tentang mu
pertaruhan perih akan bahagia
senja ku masih tentang rasa
permainan kata atas jerit hati
senja ku masih jingga
pertemuan dan perpisahan