Senin, 10 Juni 2013

Biru di Ufuk TimUR

bagaimana bila kurangkai kata tentang biru di ufuk timur...?



terbesit rasa kagum yang membawa jiwa pada rasa nyaman dan kemudian berlanjut merangkai kata rindu. masih abstrak, bahkan sangat abstrak bagaimana semua itu begitu cepat terjadi.
saya memandangnya dalam perjalanan pulang, di kala penghabisan gelap akan malamku.
tanpa kata rayuan apalagi mesra, ini tentang rasa nyaman.
analogi sederhana adalah sampan kecil yang menemukan daratan untuk berlabuh.
iyah! iyah berlabuh!

biru di ufuk timur,
menggandeng jiwaku menjemput pagi, harapan.
membuatku terjaga menatap cahaya pagi.
tidak lagi bersembunyi di balik selimut dalam ruang tertutup.
aku duduk manis, menikmati semilir embun.
dan masih dengan secangkir kopi, berbagi rokok.

biru di ufuk timur,
menghabiskan waktu hanya untuk hal kecil
merangkai canda tawa.
dengan kesadaran akan adanya realitas.
bukan pelupa! tapi sengaja melupa.
melupakan sgala penat jalan berliku.

tanpa sumpah serapah,
biarkan waktu berlalu,
pagi.. senja.. malam..
tak akan terusik.
ini sesaat.
tanpa harapan menjadi sesaat.

mataku masih terjaga, hanya tuk menikmati cahayamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar